Sunday 21 August 2016

How To Become A Truly Miss Earth: An Inspiration from Nadine Zamira

Saat itu tahun 2011, saat saya dan teman-teman mengikuti Indonesian Youth Mini Conference (IYMC) di Sampoerna School of Education Jakarta. Saat-saat pertama kali ikut acara lingkungan seperti ini. Siapa sangka, orang yang saya lihat pertama kali disini akan menjadi rekan kerja beberapa tahun setelahnya. 

Nadine Zamira Sjarief (sekarang ditambah "Dusza" di belakang namanya). Miss Indonesia Earth 2009. Oh, ada yah kontes seperti ini. Saat itu saya hanya tahu Puteri Indonesia, Miss Universe, Miss Indonesia, dan Miss World. Ternyata sekarang saya tahu banyak banget kontes-kontes seperti ini. 

"She's such an inspiring woman," ujar Naluri, sahabat saya yang juga peserta pada IYMC. Dalam hati, "ah biasa aja, kayak putri-putri lainnya". Saya berkata demikian karena tidak tahu apa yang dia kerjakan dibalik selempangnya itu. 

Naluri yang saat itu masih berisi mewawancarai Nadine
(saat itu kartu namanya masih Greeneration4Life, cikal bakal LeafPlus).
Di penghujung tahun yang sama, saya dipertemukan kembali dengan Nadine. Ketika itu, kami berbagi panggung bersama. Seminar Technovert yang diselenggarakan oleh Jurusan Sastra Perancis Universitas Padjadjaran mengundang Nadine, saya, dan Kartika (dari Garuda Youth Community. Komunitas ini masih ada engga ya?) sebagai pembicara. Padahal saya ketika itu belum banyak berbuat untuk lingkungan hidup. Cuma karena aktif di media sosial, banyak yang melihat saya ini aktivis lingkungan. Yasudah deh, itu kali pertama saya presentasi sebagai aktivis lingkungan. 

Nadine presentasi tentang perubahan iklim. 

Sedang menjawab pertanyaan dari peserta, ketika itu (mungkin momennya ya)
ada yang tanya harusnya tong sampah di Unpad dibuat banyak setiap beberapa meter ada.
Jawaban saya ketika itu adalah seperti ini kurang lebih, "justru dengan dibuat
 jarang (kesediaan tong sampah) harusnya kita lebih disiplin untuk tidak
membuang sampah atau bahkan jadi malas menyampah
(dalam artian tidak membeli barang yang sekali pakai)
 karena tidak menemukan tong sampah".
Foto bareng artis ciyeeee.....

Eh...tahun berikutnya bertemu lagi. Tahun 2012 tepatnya tanggal 5 Februari, saat kampanye Headbag Mob Diet Kantong Plastik pertama kali digelar di Bandung, Nadine yang kala itu didaulat menjadi Duta Diet Kantong Plastik (dan berlanjut hingga akhir masa, gelar yang tidak akan pernah tergantikan) hadir lagi di Bandung untuk menyemarakkan suasana (engga pakai selempang lho).

Nadine di website Diet Kantong Plastik
(didaulat menjadi Duta tas baGoes dan Diet Kantong Plastik sejak 2012)

Saat event Social Media Festival di tahun yang sama bertempat di Gelanggang Renang Senayan (yang mana panas banget pake gila!) ketemu lagi dan berdiskusi tentang kampanye diet kantong plastik (saat itu saya masih relawan Greeneration Indonesia). 

Di tahun yang sama, Nadine dan timnya di LeafPlus (perusahaan yang dia dirikan bersama rekan-rekannya,  bergerak di bidang konsultasi komunikasi lingkungan)  membuat program Hidden Park, kampanye revitalisasi taman. Saya dan teman-teman Greeneration Indonesia diundang untuk turut mengampanyekan Diet Kantong Plastik, sekalian foto-foto sama artis yang diundang. 

Ketemu Nadia Mulya pertama kali, siapa sangka di tahun 2015
malah berlanjut sampai sekarang :)

Ketemu RAN juga untuk pertama kalinya, yang semoga jadi ya
ini Rayi mau bantuin Diet Kantong Plastik juga.
Terkoneksi dengan LeafPlus dari 2012 ternyata!

Nah, mulai tahun 2013 nih ketemu Nadine-nya sering. Di tahun ini, Diet Kantong Plastik mulai disapih dari Greeneration Indonesia. Nadine, menjadi salah satu yang membantu "mendirikan" kembali Diet Kantong Plastik, nama yang kemudian bertransformasi menjadi Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP). Nah, mulai deh nih saya nge-fans banget sama Nadine. Yang ternyata dia memang "such an inspiring woman", seperti yang dikatakan Naluri pada tahun 2011 (ga percaya sih sahabat yang ngomong!) lalu. 

Di tahun ini pun kami pertama kalinya bertemu dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta (saat itu), Pak Ahok, untuk presentasi mengenai Diet Kantong Plastik. Respons luar biasa beliau yang melahirkan Surat Himbauan Gubernur DKI Jakarta untuk Gerakan Diet Kantong Plastik (yang kemudian dikeluarkan setiap tahun hingga 2015, dan dilanjutkan dengan penyusunan Peraturan Gubernur mengenai pembatasan kantong plastik di tahun 2016). Di tahun ini, pekerjaan kami untuk kampanye Diet Kantong Plastik semakin menumpuk. Bagi Nadine sendiri, selain GIDKP, dia juga harus membesarkan LeafPlus, her own baby.

Advokasi pertamaku, dateng telat sama Ines (sebelah kananku)
dan presentasi sudah dimulai oleh Nadine. 

Gara-gara Nadine, saya jadi tertarik mendalami ilmu komunikasi. Menurut Nadine, banyak kampanye yang tidak tepat sasaran, sehingga menghambat suatu organisasi mencapai tujuan. Oleh karena itu, komunikasi adalah strategi yang menurutnya tepat untuk membantu proses pendekatan kepada target sasaran untuk mencapai tujuan. Saya percaya aja lagi. Lalu, saya coba-coba cari literatur mengenai itu, Nadine pun memberikan beberapa. Ternyata betul juga, komunikasi itu hal yang kompleks tetapi mendasar yang bisa kita lakukan untuk mencapai tujuan, apapun itu. Saya pun berkesempatan berdiskusi empat mata dengan Nadine untuk berdiskusi mengenai itu di kantornya di kawasan Kemang, mana tahu ternyata di tahun 2014 saya bakalan berkantor disitu.

Tepat setelah Idul Fitri, pada bulan September saya pindah ke Jakarta dan mulai berkantor di LeafPlus. Saya masih di GIDKP, hanya saja LeafPlus berbaik hati mendonasikan meja dan kursi (beserta listrik, internet, telepon, printer, dan orang-orangnya) untuk saya gunakan. Makasih banget lho! You are my savior! Tak terasa, sudah dua tahun saya bersama LeafPlus (bahkan hingga kantornya pindah ke Bintaro), melihat sendiri apa yang dilakukan oleh Nadine adalah pembuktian bahwa gelar Miss Indonesia Earth bukan hanya sebatas selempang dan tiara. Engga tau juga sih, dia melakukan pembuktian itu apa engga hahaha. Saya yakin itu adalah passion dia terhadap pelestarian lingkungan hidup. 

Wisata Plastik di Sungai Ciliwung, ini pas program LeafPlus, PhalaPusaka, di Condet.
Heboh bener karena Bu Megawati dan Pak Jokowi dateng.
Photoshoot untuk Jawa Pos di bulan November 2014

Mba-nya jadi Duta Earth Hour untuk Senayan City (2015). Eh, pas tahun
berikutnya ke Senayan City buat kenalan ke manajemen mall, mereka malah seakan
"lupa" kalo artis ini pernah jadi dutanya hahaha. 

Welcoming dinner Urban Social Forum 2015 di Surabaya.

Jumpa Pers "Kantong Plastik Tidak Gratis" di Locanda Cafe, bulan Februari tahun ini. 

Launching The Body Shop new value di On Five, Hyatt Jakarta.

Selama dua tahun ini, saya sering diajak ikut beberapa kegiatan LeafPlus. Semoga itu bukan bentuk kasihan karena saya engga ada teman lain di ibukota yang kata orang hidupnya keras (padahal biasa aja, ah!). Namun, saya semakin mengenal Nadine. Ternyata saya salah dulu berkata dalam hati "ah biasa aja, kayak putri-putri lainnya". Nadine tidak seperti putri-putri lainnya yang menjual isu lingkungan untuk menaikkan tarif bicara depan publik dan popularitas. Justru dia memperdalam isu lingkungan itu sendiri. 

Ngikut welcoming lunch staf LeafPlus baru, Sizi. 

Merengek-rengek minta ikut nonton Racing Extinction.

Buka puasa bareng LeafPlus, pura-pura lupa kalo memang diajak. 

Nebeng foto di rapat internal LeafPlus terakhir tatap muka dengan Nadine.
Doi bakal pindah ke Amerika Serikat untuk berkeluarga dan sekolah lagi!

Saya lihat, ajang Miss Earth setelah Nadine, tidak melahirkan orang-orang seperti Nadine (semoga akan lahir ya, semoga) yang memiliki misi (beneran misi yang dilakukan, bukan lip service semata depan media massa) dan aksi nyata untuk pelestarian lingkungan. She's one in a million. I can say that. Dia memiliki keberanian untuk mengatakan "tidak" pada hal-hal yang bertentangan dengan pelestarian lingkungan. Bahkan, pada hari pernikahannya pun, dia menyediakan gelas yang terbuat dari botol wine dan sedotan bambu (dia juga yang pertama kali memberikan sedotan bambu dua tahun lalu)! 

Beautiful wedding party

Saya akan mengupas apa yang membuat image Nadine sangat kuat terhadap pelestarian lingkungan hidup dan menjadi salah satu referensi saya dalam bersikap dan berbuat. Analisanya disesuaikan dengan nilai-nilai saya, yaitu komitmen, loyalitas, dan konsistensi

a. Komitmen 
Saya melihat bahwa Nadine memiliki komitmen yang kuat terhadap pelestarian lingkungan hidup. Bukan saja menyandang gelar Miss Indonesia Earth 2009 yang mana dia harus melakukan kampanye kepada publik mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup, Nadine membuat impiannya menjadi nyata lewat LeafPlus. Dengan latar belakang komunikasi, dia membangun LeafPlus menjadi sebuah agensi komunikasi yang fokus kepada program-program lingkungan hidup. Tidak mudah lho membangun organisasi baru, tetapi Nadine dan rekan-rekannya bisa membuktikan bahwa komitmen terhadap lingkungan hidup bisa membuat hal itu menjadi nyata. 

b. Loyalitas
Kecintaannya terhadap lingkungan hidup dan membangun LeafPlus, mau tidak mau mendorong Nadine untuk selalu melakukan pengembangan-pengembangan terhadap kemajuan LeafPlus. Sense of belonging sangat penting sehingga apapun hal kecil dan besar dilakukan dengan penuh kecintaan untuk tujuan besar yang ingin dicapai Nadine dan rekan-rekannya melalui LeafPlus. Hal ini terbukti meskipun Nadine saat ini tengah berada di Amerika Serikat untuk melanjutkan studinya, dia masih memberikan feedback terhadap pekerjaan yang dilakukan LeafPlus, salahsatunya adalah pada pembuatan infografik Bring Back Your Back, kampanye baru GIDKP, hahaha. Thanks, lho!

c. Konsistensi
"A title is nothing without action,". Pada setiap kesempatan Nadine mengutarakan hal ini, salah satu yang saya ingat adalah pada saat Nadine menjadi juri HiLo Green Ambassador 2013. Ini penting bahwa gelar apapun yang dilekatkan pada seseorang tidaklah memberikan pengaruh apa-apa apabila tidak diiringi dengan aksi nyata yang dilakukan terus menerus sehingga bisa mempengaruhi linkungan sekitar. Bahkan, ibu warteg depan kantor selalu memberikan minum tanpa sedotan apabila saya dan rekan-rekan LeafPlus beserta Nadine sedang makan siang disana. Anehnya, apabila tanpa Nadine, saya selalu diberikan sedotan! Lalu, saat salah satu pengurus kantor membawa pulang makanan (take away - dimana dikantor selalu sedia kotak makan pakai ulang dan tas belanja untuk take away makanan apapun) untuk Nadine dari warteg tersebut, si ibu warteg memberitahu suaminya bahwa "jangan pakai kantong plastik, nanti Mba Nadine *sambil geleng-geleng kepala* (mungkin maksudnya nanti Nadine marah/komentar)". Sebegitu besarnya pengaruh Nadine kepada lingkungan sekitar, termasuk ibu warteg!

Apa yang saya lihat dan rasakan menunjukkan bahwa Nadine memiliki misi yang jelas untuk hidupnya (sok tahu, padahal biar tulisannya terkesan kuat dan banyak yang baca haha!). Bahwa penting sekali untuk walk the talk (kata-kata yang saya dapatkan pertama kali dari Ibu Stien Matakupan - Sampoerna School of Education, pada IYMC 2011). Menjalankan apa yang kita bicarakan. Lalu, penting juga untuk talk the walk (kata-kata yang saya dapatkan kemudian dari Pak David Sutasurya - YPBB). Menceritakan atau membagi kisah dari apa yang kita telah lakukan kepada orang banyak. Walk the talk and talk the walk

Yes, GIDKP and I love Nadine so much!

Thank you, Nadine, for all the lessons and inspiration you gave to me and all of your surroundings. We will miss you and I hope we will meet again in US (ngarepdotcom)!

No comments: