Wednesday, 12 June 2013

Batik ramah lingkungan berpewarna dari limbah

Jakarta (ANTARA News) - Perkumpulan Ekonomi Indonesia Jerman (EKONID) melalui program Clean Batik Initiative (CBI) mengajarkan perajin batik untuk membuat karya yang ramah lingkungan.


Menurut Koordinator Program CBI, Martin Krummeck, program ini dilaksanakan selama empat tahun dan mengetengahkan pada produksi berkelanjutan, konsumsi berkelanjutan, dan dialog kebijakan.



"Kami bekerja sama dengan sekitar 400 perajin batik di berbagai provinsi," kata Krummeck saat membuka "Ecobatik Signature Collection" di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa sore.



Dengan konsep produksi yang ramah lingkungan, CBI memberikan pelatihan dalam segi produksi maupun pemasaran serta pendampingan secara teknis.



"Programnya hemat energi yaitu mengganti dengan bahan yang ramah lingkungan dan hemat biaya produksi. Hemat bahan baku, hemat air, dan kami merekomendasikan penggunaan warna dari bahan alami," jelas M Iqbal dari bagian Produksi Berkelanjutan CBI.



Tomi Ardianto, salah seorang perajin batik dari Pekalongan, Jawa Tengah mengaku menggunakan pewarna alami seperti kunyit dan secang untuk proses pewarnaan. Selain tumbuhan, ia juga memanfaatkan limbah organik untuk memberikan warna pada motif batik.



"Biasanya kami pakai sampah dari dedaunan. Dari daun mangga, misalnya, bisa untuk warna kehijauan, krem, tergantung dari kainnya," jelasnya saat ditemui Antara News.



Tomi menjelaskan karena yang digunakan bahan alami, warna-warna yang dihasilkan pun terbatas. Warna-warna melalui pewarna alami ini tidak secerah bila menggunakan pewarna kimia.

Sumber: Antara News

No comments: