Monday 17 August 2015

Merdeka Di Usia Muda

Selepas kuliah saya memutuskan untuk aktif di organisasi sosial. Tawaran di perusahaan swasta saya tolak. Ajakan untuk bekerja di bank, tidak tertarik. Disuruh daftar CPNS, punten ah. 

Kelanjutan hidup kita selepas kuliah, menurut saya, pilihan masing-masing orang dan ridho Tuhan. Faktor eksternal lainnya hanya sebatas bisikan-bisikan yang menantang prinsip-prinsip dalam diri masing-masing. Tidak ada salahnya mendengarkan mereka sebagai bahan pertimbangan, tetapi pilihan ada dalam diri masing-masing. Listen to the voice within your heart

Perlu waktu setidaknya satu tahun untuk membuktikan kepada orang tua dan keluarga serta teman-teman terdekat terkait apa yang menjadi prinsip saya. Memiliki prinsip yang dilakukan secara idealis tidak mudah. Saya hidup di antara orang-orang yang cukup mainstream, artinya sekolah dan bekerja adalah bagian dari hidup yang harus dijalani saja dengan target utama adalah kesejahteraan dalam ukuran uang. Mohon maaf jika saya terlalu mengambil kesimpulan sesuai sudut pandang saya sendiri. Saya cukup berbeda. Terlalu lama beraktivitas di komunitas telah mengubah pandangan saya terhadap hidup. Ternyata, saya memiliki pemikiran bahwa kesuksesan hidup bukanlah mengenai berapa rupiah yang kita kumpulkan. Saya lebih mempercayai bahwa kesuksesan hidup tidak diukur dengan banyaknya rupiah yang kita kumpulkan. Ada banyak nilai lain dalam hidup kita yang akan membuat kita mendapatkan kebahagiaan lebih banyak dibandingkan uang. 

Mempertahankan prinsip untuk bekerja atau menjalani karir sesuai dengan pilihan hati tidaklah mudah. Satu cara ampuh yang saya lakukan adalah dengan menghasilkan karya. Karya yang saya maksudkan disini bukan hanya karya yang bentuknya bisa disentuh, tapi dirasakan. Saya bukan orang yang kreatif untuk bisa menghasilkan suatu produk. Namun, ide dan pemikiran yang saya tuangkan dalam bentuk aktivitas dan bisa membuat orang akhirnya mengenal siapa saya adalah karya yang saya maksudkan. Mempertahankan diri di isu lingkungan hidup, tidak hanya diterapkan dalam lingkup profesionalitas, tetapi juga dalam urusan pribadi merupakan pencapaian saya yang luar biasa. Ini yang saya sebut juga sebagai nilai. Prinsip dan nilai adalah dua kata yang berdampingan dalam membentuk siapa kita sesungguhnya. 

Selama perjalanan ini, saya memahami bahwa ada tiga kata kunci untuk mempertahankan prinsip dan nilai yang diyakini, yaitu:
1. Komitmen
Pernah suatu ketika, saat menjalani proses seleksi masuk anggota the International Association of Students in Agricultural and related Sciences (IAAS) Local Committee Universitas Padjadjaran, saya ditanya mengenai komitmen. "Berapa persen komitmen kamu untuk IAAS?", "80%", "Mengapa tidak 100%?", "saya punya kewajiban lain yang harus saya tunaikan (kuliah)". Kenyataannya, saya bisa memberikan 100% hidup saya untuk IAAS dan kuliah. Dari komitmen tersebut, saya bertahan selama 4 tahun berkarya di IAAS tingkat lokal hingga nasional untuk posisi-posisi penting. 

Belajar berkomitmen di IAAS membuat saya terbiasa terhadap makna komitmen itu sendiri. Sehingga akhirnya saya memiliki komitmen dalam diri saya untuk bisa mendedikasikan seluruh tubuh dan jiwa ini untuk isu-isu lingkungan hidup. Sesungguhnya saya merasa nyaman melakukan ini. Tidak ada pergolakan dalam jiwa terkait apa yang bertentangan dengan prinsip dan nilai yang saya yakini. Jika kalian memperhatikan ramalan-ramalan golongan darah (tidak untuk dipercayai 100%, tetapi kadangkala ada kesesuaiannya), golongan darah A memiliki pendirian yang kuat dan tidak bisa diatur. Jika komitmen A, maka harus A. Tidak ada yang bisa membantahnya (kecuali Tuhan berkehendak lain). 

2. Loyalitas
Menjalani 4 tahun berkehidupan dan berkarya di IAAS bukan hal yang mudah. Keinginan untuk melakukan perubahan dalam organisasi disertai dengan rasa sayang yang begitu besar. Ini yang saya sebut dengan loyalitas. Kita akan bertahan dalam organisasi jika kita merasakan adanya ikatan yang bersifat abstrak antara kita dan organisasi. Perasaan memiliki terhadap organisasi akan membuat kita melakukan lebih banyak hal untuk membesarkan organisasi tersebut. 

Lagi-lagi hal tersebut terbawa hingga saat ini. Dari seorang relawan hingga sekarang memegang posisi penting di Perkumpulan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, saya bisa membuktikan bahwa melakukan sesuatu dengan totalitas itu akan membawa suatu perubahan yang berarti. 

3. Konsistensi
"Walk the Talk". Pertama kali mendengar ini saya langsung merasa tertantang. Saat itu Ibu Stien Matakupan dari Sampoerna School of Education berbicara di hadapan peserta Indonesian Youth Mini Conference bulan Januari 2011. Pesan beliau adalah "lakukan apa yang kamu katakan, walk the talk". Empat tahun berlalu dan pesan-pesan itu selalu terngiang-ngiang di telingaku hingga saat ini. 

Bukan hal mudah untuk menerapkan aksi-aksi lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Banyak sekali permasalahan lingkungan yang terjadi dan kita sebagai generasi masa kini dan akan datang perlu mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan. Tidak banyak orang tahu jika saya tidak bisa mengendarai motor dan mobil. Ya, saya memang tidak bisa mengendarai keduanya. Teman-teman terdekat mengenal saya sebagai individu yang idealis semenjak kuliah. Idealisme itu tercermin dari keengganan saya dalam mengendarai motor atau mobil dengan alasan tidak ingin berkontribusi dalam meningkatkan jejak karbon di bumi. Banyak transportasi publik yang bisa kita pilih dan tentunya menghasilkan jejak karbon yang jauh lebih rendah. 

*****

Sebagai pemuda, saya memaknai kemerdekaan adalah bentuk kebebasan pemuda untuk bebas berekspresi dan menyuarakan pendapat tanpa dikekang oleh kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat. Tentunya harus dilakukan sesuai norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut saya, adanya norma ini membatasi kita untuk tidak bertindak di luar jalur. Selama apa yang kita lakukan itu benar dan bermanfaat bagi orang lain, serta tentunya sesuai dengan prinsip dan nilai yang kita yakini tidak akan menimbulkan masalah yang besar. Merdeka di usia muda bukanlah hal yang tidak mungkin. Mari mengganti mantra "impossible" menjadi "i'm possible". Selamat memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70. Bangunlah pemuda Indonesia! 

Salah satu pengakuan yang akan kamu dapatkan jika kamu bisa memerdekakan dirimu di usia muda adalah kamu akan akan dikenal sebagai contoh bagi rekan-rekan generasimu ataupun dibawah kamu bahwa melakukan sesuatu dengan hati akan memiliki dampak yang besar. 


*****

"Pemuda Indonesia memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan sesuatu terhadap kelestarian lingkungan, tetapi hal ini perlu diarahkan ke jalan yang benar oleh generasi yang lebih senior. "Investing in young people" merupakan kewajiban bagi setiap generasi", Rahyang Nusantara, Aktivis Lingkungan Hidup, dalam Youth Booklet II 2015 oleh United Nations Population Fund (UNFPA) Indonesia. 

No comments: