Friday, 3 October 2014

Sarongge Experience

Absen nulis dua minggu!

Pengakuan dosa dulu untuk teman-teman #1minggu1cerita (aku akan memuat artikel khusus tentang #1minggu1cerita ini kemudian). Mohon maaf ya! Gantian lho, aku terus yang paling update dan sekarang aku mencoba menjadi pemalas nulis seperti kalian hahaha.

Kali ini aku mau bercerita tentang pengalamanku ke Sarongge minggu lalu. Ada yang tahu Sarongge? Sarongge ini adalah salah satu wilayah di Cianjur, tepatnya di bagian kaki Gunung Gede Pangrango. Yang akan aku bicarakan disini adalah bagian Sarongge Girang, yang menjadi kawasan desa wisata. 

Aku sudah sering mendengar tentang Sarongge sebelumnya, tetapi baru berkesempatan untuk mengunjunginya kemarin hari Jum'at-Minggu (26-28 September 2014) lalu. Udah lama banget ga ke desa jadinya seneng banget! Pusing lama-lama menghadapi hingar bingar kota. Peranku disana (bersama Shelly dan calon suaminya, semoga jadi. Amin) adalah untuk membantu penerapan zero waste event di gelaran Festival Sarongge tahun kedua. Tahap awal sih jadinya, karena kami memantau dulu situasi dan kondisi disana seperti apa. 

Say hello dulu di Sarongge ... brrrrr....
Kegiatan yang kami lakukan disana adalah mengajak pemuda setempat untuk mulai peduli terhadap pengelolaan sampah. Sudah empat bulan terakhir Sarongge mengembangkan program bank sampah, masih belum sempurna pastinya. Jadi, momen zero waste event di Festival Sarongge ini menjadi ajang para pemuda dan warga setempat untuk mulai peduli terhadap pengelolaan sampah. 

Bergaya dulu di Saung Sarongge
Selama dua hari pelaksanaan festival, memang belum bisa dilihat perubahannya. Kami menjadi semacam riset awal terkait pola persampahan disana. Bisa aku simpulkan bahwa:
1. Secara umum, warga Sarongge masih membuang sampah sembarangan. Mereka terbiasa langsung membuang dimana saja dia berdiri tanpa mempedulikan lingkungan sekitar (hmmm...sama saja dengan kota besar deh)
2. Gak usah ditanya lah ya kalo pengisi festival pasti penjualnya pun menghasilkan sampah
3. Bank sampah masih belum maksimal. Sampah yang bisa dimanfaatkan masih terbatas plastik kemasan untuk di-upcylce. Sisanya ada yang dijual (seperti botol dan gelas plastik) dan dibuang. 
4. Yang bikin aku berdecak kagum adalah pemuda yang tergabung dengan karang taruna itu bertanggung jawab terhadap sampah-sampah yang berserakan di area festival dan membuat semuanya menjadi bersih. Well, ini bukan pola pikir persampahan yang baik, tetapi yang dicatat disini adalah pemuda disana bisa diarahkan untuk menjadi lebih baik lagi karena mereka punya tanggung jawab.
5. Timbulan sampah dua hari bisa mencapai 200 kg lho! dan itu tercampur!

Sebagian sampah yang sempat aku foto (foto diambil di akhir penyelenggaraan/hari kedua Festival Sarongge)
Sarongge ini bisa banget dijadikan wilayah dampingan dan "menjual" untuk organisasi sosial untuk mendapatkan dana dari pihak swasta untuk berbuat lebih ke desa yang asri ini. Hehehehehe. Pengen lagi kesana untuk berbagi terkait diet kantong plastik. Oh iya, sampah-sampah yang terkumpul dari Festival Sarongge akan dikelola selanjutnya oleh Karang Taruna setempat. Jadi mereka akan milah-milah lagi mana yang bermanfaat dan mana yang engga. Semangat ya akang teteh!

Cerita lagi tentang Sarongge. Disana dingin banget! Airnya dingin, seger abis! Udaranya sejuk, hamparan hijau mengelilingi, warga yang ramah, dan makanan ibu-ibu Sarongge yang bikin aku gemuk dalam dua hari! Hehehe. I'll come back soon!

Big thanks to Emma Piper from Green Initiative Foundation who invite us to Sarongge!

1 comment:

ceritashelly said...

IYA AMIN-AMIN-AMIN semoga lancar sampe hari H ya nikahnya. hahahaha.. *salah fokus*, kemudian sent ini keijul buat laporan kita. :)))