Thursday, 25 June 2015

Titik Balik Bersama

Jatinangor, November 2009

"Panitia ngundurin diri!"

"Hah, kenapa?"

"Udah gak kuat katanya, ga dapet-dapet sponsor."

"Lho, kok gitu sih?"

"Dan semuanya mengundurkan diri."

"Semuanya, Nin?!"

"Iyaaa!"

Kira-kira seperti itu percakapan yang terjadi saat panitia Olimpiade Bandoeng Raya (OBOR), sebuah kompetisi olahraga yang melibatkan mahasiswa se-Bandung. Panitia yang sudah 3-4 bulan berjalan mendadak mengundurkan diri tanpa perkembangan yang signifikan. Saat itu, mau tak mau, kami yang ada di dalam organisasi yang harus turun tangan. 

"Jadi, gimana nih solusinya?"

"Ya, harus lanjut!"

"Yang lanjut project supervisor-nya aja langsung. Sudah mengetahui prosesnya dari awal."

"Iya, soalnya 'kan gue engga ngikutin dari awal."

"Jangan gue donk."

"Terus siapa donk."

"Rahyang aja, 'kan dia yang paling semangat dan paling organisatoris."

"Lha, kok aku sih?"

"Biarin aja, Rahyang. Ya?"

"Iya, Rahyang aja ya. Fix."

Gue secara aklamasi ditunjuk menggantikan ketua panita acara tersebut. Tanpa pengalaman memegang posisi yang sama. Mau tak mau harus dilaksanakan. Acara harus beres dalam waktu dua bulan lagi!

OBOR merupakan salah satu program kerja Departemen Minat dan Bakat (Miba), Badan Eksekutif Mahasiswa Kemahasiswaan Universitas Padjadjaran (BEM Kema Unpad) Kabinet Mantap (2009-2010). Miba dipimpin oleh seorang Menteri, yaitu Nina Sumirat (sebelumnya menjadi Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa/UKM Tenis Meja), dan anggota-anggotanya, yaitu Idea Bhakti Pertiwi, Naluri Bella Wati, gue (sebelumnya menjadi panitia Kampung Budaya Unpad, dari departemen yang sama), Raja Iqbal Mulya Harahap, Dina Hidayana, Alvy Syukrie, Patria Ardhi Nugraha, Emir Al Kautsar, Rindu Galih Rezza, dan Randu Arifiant Putra. Dalam pelaksanaannya, memang dari awal tidak ada perkembangan yang signifikan dari panitia terdahulu dan diakhiri dengan "tidak bertanggung jawab". Idealnya, peran dan fungsi BEM adalah untuk memfasilitasi potensi-potensi mahasiswa melalui program-program kerja yang telah disusun dan disepakati. Anggota BEM tidak memiliki peran teknis, tetapi peran supervisi. Namun, dengan kondisi seperti ini dan tidak memungkinkan merekrut anggota baru, pilihan satu-satunya adalah kami yang tergabung di Miba harus menjalankan fungsi teknis. 

-----

Jatinangor, Januari 2010

"Nin, kita harus ketemu Pak Herdis lagi ya?"

"Iya, besok katanya."

"Ngomong apa lagi nih?"

"Ya, ngomong aja terkait pendanaan gimana."

Sejak Desember 2009-Januari 2010, gue dan Nina yang paling sibuk untuk urusan birokrasi. Dari urusan peminjaman tempat, pengajuan dana, undangan perguruan tinggi, dan lain-lain. Dimana saat itu gue disibukkan dengan persiapan acara internasional (world congress) di International Association of Students in Agricultural and related Sciences (IAAS) Local Committee Unpad. Bahkan pada bulan Januari 2010, gue meninggalkan Nina sendirian di Jatinangor karena gue harus mengikuti National Congress IAAS di Malang. 

Satu bulan menuju hari-H, satu BEM membantu Miba. Ada yang bantuin teknis, banyak juga yang bantu do'a saja. Gue dan Nina masih sibuk melobi Pak Herdis untuk memberikan bantuan dana lebih, karena dengan hanya persiapan dua bulan, sudah tidak memungkinkan untuk mendapatkan sponsor. Perencanaan dana pun banyak dipotong, termasuk hadiah untuk atlit. 

Logo Olimpiade Bandoeng Raya (OBOR) yang didesain oleh Randu Arifiant Putra. 
Kamipun mengajak serta UKM sebagai panitia untuk masing-masing cabang olahraga, yaitu catur, basket, futsal, tenis meja, dan voli. Bekerja sama dengan UKM ini tidak mudah ternyata. Banyak sekali tantangannya. Masing-masing UKM punya karakter yang berbeda dan kami, sebagai BEM, harus berusaha memfasilitasi apa yang dibutuhkan mereka pada pelaksanaan OBOR ini. Dari sini gue banyak belajar bagaimana menjalin kerjasama dengan pihak ketiga. 

OBOR dilaksanakan selama dua minggu, 15-28 Februari 2010 di berbagai tempat, karena Unpad belum memiliki arena olahraga yang memadai. Lokasi-lokasi tersebut tersebar di kampus Unpad Jatinangor, GOR Tunas Arena Bandung, dan Indoor Soccer Bandung. Kamipun berbagi tugas untuk menjadi penanggung jawab di masing-masing lokasi. Serta berbagi tugas di prosesi pembukaan dan penutupan yang minimalis. 

Gue masih sangat ingat saat gue diwawancarai oleh Nina untuk mendaftar anggota BEM. Saat itu, Nina menanyakan kepada gue, yang saat itu mengaku tidak suka olahraga, bilamana gue ditunjuk menjadi penanggungjawab kegiatan olahraga. Saat itu, sambil menatap mata Nina, dengan penuh keyakinan, gue menjawab "ya". Nina menanyakan itu berkali-kali dan gue keukeuh menyanggupinya. Saat itu, yang berusaha gue sampaikan kepada Nina adalah, kurang lebih seperti ini, "meski saya tidak menyukai olahraga, saya bisa memastikan bahwa kegiatan yang menjadi tanggung jawab saya harus berjalan lancar. Karena untuk menjalankan sebuah kegiatan, bukan hanya kemampuan olahraga saja yang dibutuhkan, tetapi kemampuan manajemen dan komitmen yang akan mengarahkan program itu terlaksana atau tidak". 

Berita mengenai OBOR di website Unpad. 
Apa yang Nina tanyakan saat wawancara hampir satu tahun sebelumnya menjadi kenyataan. Program kerja bidang olahraga dipegang oleh orang yang tidak suka olahraga. Hahahaha.

-----

OBOR selesai dengan banyak sekali cerita yang kami jadikan sebagai pembelajaran terbesar selama kami mengabdi di BEM Kema Unpad. Sepertinya selama dua atau mungkin tiga tahun berturut-turut, kepengurusan BEM Kema Unpad molor karena Miba selalu punya acara yang keluar dari timeline. Tahun itupun seperti itu. OBOR jadi salah satu (atau mungkin satu-satunya) acara yang menyebabkan kepengurusan BEM Kema Unpad saat itu molor dan berakibat ke mundurkan kongres mahasiswa tahunan.

Pada kongres itu, kami baru ngeh kalo Nina Sumirat sempat bolos kuliah selama hampir satu bulan hanya untuk mengurusi OBOR. Dedikasi tinggi sekali, Nin!

OBOR menjadi cerita kami di setiap wawancara kerja, beasiswa, ataupun lainnya, betapa momen itu menjadi titik balik kami semua untuk menangani masalah, bersikap semakin bijak, bersikap solutif terhadap permasalahan yang terjadi, dan menghargai betapa tingginya nilai komitmen dan loyalitas itu. OBOR tidak pernah dilanjutkan hingga saat ini, tetapi bagi kami, OBOR-lah momen yang semakin mendekatkan kami satu sama lain. OBOR bukan program yang sempurna. Namun, OBOR bisa kami jadikan proses belajar yang amat sangat penting yang selalu kami perbaiki prosesnya di setiap kegiatan-kegiatan yang masing-masing kami lakukan setelahnya.

Bagi kami, besar atau kecilnya acara, sukses atau tidaknya acara, bukan menjadi target utama yang kami kejar. Namun, apa yang kami pelajari selama proses menjalaninya. Terbukti, lima tahun setelah acara itu berakhir, kami selalu menjadi pribadi yang lebih baik dan OBOR selalu menjadi cerita di latar belakang setiap halaman-halaman hidup kami.

-----

Berkat OBOR, aku dapet penghargaan "BEMers of the Month" bulan Desember 2009 dan "BEMers Tersedih" saat liburan bersama ke Ujung Genteng tahun 2010. 

No comments: