Saturday 21 November 2015

Dilema Emosi

But are we all lost stars? Trying to light up the dark...

Petikan lagu "Lost Stars" yang dinyanyikan oleh Adam Levine (OST Begin Again, 2014).

Belakangan ini, setiap mendengarkan lagu ini ada perasaan yang berbeda muncul. Gue menerjemahkan perasaan itu terhadap hal-hal yang gue alami belakangan ini. 

Akhir-akhir ini, emosi gue cukup terganggu dengan pemberitaan media. Tragedi Paris, Syria, Palestina, dan lain-lain. Gue juga sedih mendengar berita itu. Lewat media, baik itu media konvensional maupun media sosial, kita jadi tahu bahwa masih banyak manusia yang memiliki kepedulian sosial. They shared anything to show their support about humanity. Moreover, the pros and cons about #lovewins when same sex marriage is legal in US. Semua orang menjadi sangat religius. Alhamdulillah. But, I don't want to talk about them

Gue mau mengungkapkan perasaan dan pemikiran gue bahwa memang manusia itu sangat tidak adil. Hanya Allah yang Maha Adil. 

In my humble opinion, there is no humanity when our environmental is sick. Why?

Gue sangat menghargai kepada teman-teman gue yang menjunjung tinggi kemanusiaan. Namun, gue mau mencoba mengungkapkan opini gue mengapa kita juga harus menjunjung tinggi juga isu lingkungan. Dua-duanya penting bukan? Dua-duanya berada pada tingakatan yang setara bukan? Urgensinya sama kan?

Dalam agama Islam (agama yang gue anut), pasti tahu (semoga juga paham) bahwa manusia diciptakan Allah sebagai khalifah atau penjaga ciptaan Allah. Gue garis bawahi penjaga ciptaan Allah. Allah menciptakan bumi dan seluruh isinya, juga langit dan galaksi-galaksi. Termasuk di dalamnya manusia, hewan, dan tumbuhan. Lingkungan? Tentu saja. Sebagai khalifah yang diciptakan Allah, sudah sepantasnya kita menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, hewan, dan tumbuhan. Kata yang mewakili, lingkungan. 

Gue tidak mengajak teman-teman gue untuk mengampanyekan isu lingkungan, toh kalian juga tidak mengampanyekan isu kemanusiaan kan

What I am trying to ask you guys is how you adjust your behavior. Is it too much? Please, before you judge me, take a look at your self first. 

Gue sangat tidak setuju bilamana kemanusiaan, lingkungan, atau isu lainnya dikotak-kotakkan. Atau dianggap ada perbedaan tingkatan. Istilahnya "Kalo lo kampanye lingkungan, gue kan ga perlu lagi". Bukan itu maksud gue. 

Kalau ada pendapat bahwa "LGBT memusnahkan manusia", maka apa salah kalau gue bilang "manusia memusnahkan mereka sendiri dengan merusak lingkungan"? Please share your opinion, ya.

Kalau kita bahas urgensi, semua punya pendapat berbeda-beda menurut sudut pandang dan pemahamannya masing-masing. Namun, mana yang bisa langsung kita lakukan langsung dari dalam diri? Jika teman kita adalah seorang kaum LGBT, kita hanya bisa mengingatkan dia saja toh? Perubahan ada di dalam orang itu. Faktor eksternal hanyalah faktor pendukung, faktor utamanya ada di dalam orang yang bersangkutan. Bagaimana dengan isu lingkungan? Hal itu bisa kita lakukan langsung dengan merubah perilaku, bukankah kita bagian dari lingkungan itu sendiri? Bukan nyuruh untuk orang untuk berubah, tapi nyuruh diri sendiri dulu. Mana yang lebih mudah dan kelihatan perubahannya? Urgensi mana yang paling mendesak? 

Kadang manusia lupa bahwa mereka bagian dari lingkungan. Seakan, lingkungan adalah faktor eksternal. Bukan, lingkungan adalah faktor internal. Kita terkoneksi dengan baik dengan lingkungan, atau kata lainnya, alam. Gue cukup tergelitik membaca pernyataan Conservation International Indonesia pada film pendeknya tentang alam. "Alam tidak butuh manusia, manusia butuh alam". Untuk orang yang kurang teliti, mungkin akan setuju. Namun, buat orang yang cukup teliti karena paham isunya, akan merasa jengkel. Tidak mungkin kan alam menyingkirkan manusia. "Seleksi alam" terjadi karena ulah manusia sendiri. Bagaimana mungkin alam tidak butuh manusia, lha wong manusia dan alam adalah suatu kesatuan yang tidak mungkin terpisahkan (well, kecuali Allah berkehendak lain). Kehancuran alam ini banyaknya karena ulah manusia kan? Kebakaran hutan yang menimbulkan asap pekat dan menjatuhkan banyak korban, bocornya pipa yang mengakibatkan keluarnya lumpur yang juga menjatuhkan korban, dan lain-lain. Gue juga paham bahwa kaum LGBT juga akan memberikan dampak negatif jika kita mengacu kepada cerita Nabi Luth. Lalu, mengapa kalian tidak mencoba menutup tempat-tempat di Jakarta yang menjual banyak minuman alkohol dan pesta-pesta bir semacam Djakarta W***house Project? Itu jelas-jelas yang bisa jadi alasan banyaknya permasalahan sosial di Jakarta (dan kota besar lainnya). SHOW YOUR OPINION ABOUT THIS. Kalau memang Starbucks mendukung pernikahan sejenis, mengapa kalian tidak ada gerakan militan untuk menutup tempat ini di Indonesia? Bukan cuma menyebarkan screenshoot di social messenger

Mengapa kalian begitu memperdebatkan mana yang harus didukung antara Palestina dan Paris, tapi kalian engga peka dengan banyaknya cafe-cafe yang menjual minuman beralkohol di kota tempat tinggalmu? Kalau kalian mempermasalahkan Starbucks atas dukungannya terhadap pernikahan sejenis, kalian seharusnya memperdebatkan ini juga toh? 

Gue sendiri sedih mendengar berita bahwa saudara-saudara Muslim di seluruh dunia terancam. Mesjid di Amerika Serikat (AS) terancam ditutup apabila Donald Trump terpilih jadi presiden AS, muslimah di Perancis akan dikenakan denda jika memakai cadar di tempat publik, dan berita-berita lainnya terkait pembunuhan di Palestina, Syria, Rohingya, dan lokasi lainnya. Apa yang bisa kamu lakukan? Berdonasi dan berdoa kan? Gue engga bermaksud bahwa donasi dan doa bukan sesuatu yang penting. Gue ingin mengajak kalian untuk memiliki pengalaman sendiri untuk membuat perubahan. 

I do understand that people is busy with their 9 to 5 work from Monday to Friday and family tiime on the weekend. Gue tidak mengajak untuk melakukan kampanye. Seperti yang gue ungkapkan di atas, you only adjust your behavior. Let activists do campaign, you do the rest. 

It's you behavior to refuse plastic bags. 

It's your behavior to use public transportation rather than your own car/motorbike. 

It's your behavior to use RSPO certified products. 

It's your behavior to use FSC certified paper/mixed board. 

It's your behavior to use less water. 

It's your behavior to use more reusable containers than single-use styrofoam. 

It's your behavior ... (fill the blank by your own answer). 

Tidak ada kemanusiaan jika lingkungan kita rusak. 

Coba pikir kembali mengapa ada tragedi di Irak. Perebutan minyak kan? Lupa kalau minyak itu adalah bagian dari lingkungan? 

I understand that we are all lost stars that trying to light up the darkness. I understand that people is too busy to concern in social problems. But, what I try to ask you is let's adjust our behavior. 

You know, I'm kinda tired of people. We should fill each others' empty boxes to complete each others and see the complete colorful figure, not to judge each other because they are different with you. 

Kalian yakin kalau tempat kalian bekerja tidak berada dalam kekuasaan Yahudi? 

No comments: