Monday, 15 September 2014

My Job, My Joy - The Final Episode

Jakarta, 15 September 2014

I was once told to my friends when we were college students, "Aku gak mau ah pindah ke Jakarta. Macet, menuh-menuhin kota orang, tua di jalan". I may say aku kualat gegera ngomong begitu. Namun, pada akhirnya pemuda Sunda harus berani keluar dari daerahnya. Sudah jadi cerita jika orang Sunda itu bukan tipe pengembara. Tanah Sunda begitu makmur, nyaman, semua ada disini deh pokoknya. Sekalinya mengembara, gak bakal betah. Aku pernah membuktikan waktu ke Kalimantan dulu. Tanah Sunda, khususnya bagiku Kota Bandung, memang memanjakan penduduknya. Sangat. 

----

Sudah dari awal tahun ini aku diisukan untuk pindah ke Jakarta demi menggapai tujuan organisasi yang lebih besar. Seneng-seneng aja sih, kali aja numpang tenar (Wkwkwkwk). Sampai akhirnya, voila! Sudah seminggu ini aku resmi menduduki Jakarta, tepatnya di daerah Kemang (biasa aja lah gausah histeris gitu gue tinggal disini). Sementara kok, sementaun mungkin. I mean, aku tidak berniat untuk pindah seutuhnya ke sini. Bandung masih memilikiku seutuhnya. Aku punya target pribadi yang harus digapai juga. 

Masih nempel di otakku kalau Jakarta itu keras. Well, as I prove it when I returned here every week for any organizational things so far, aku masih nyaman-nyaman saja dengan kondisi disini. Lebih dari dua tahun bolak balik Ngamprah ke Kota Bandung dengan total 3 jam (kalau lancar) mungkin membuatku kebal dengan kondisi jalan. Untungnya jarak kost ke kantor di Jakarta ini hanya sekitar 1,5 km (aku berjalan kaki sekitar 17-18 menit sekali jalan, dan itu pulang dan pergi!). 

Sejak kuliah, aku selalu aktif berorganisasi, apapun itu. Yang penting ada aktivitas. Hal ini yang aku takuti ketika memutuskan untuk pindah kesini. Bisa seaktif dulu gak ya? Nanti mau jadi relawan dimana lagi ya? *dasar jomblo*. Yah, semoga saja aku mendapatkan tempat bertengger baru untuk mengepakkan sayap biar lebih heits lagi. Amin Ya Allah. 

Yang bikin aku syedih adalah .... urang rek babaturan deui jeung saha euy? I mean sahabat. Sementara sahabat aku sudah pada menuju puncaknya masing-masing. Tahu kan kalo orang introvert itu susah banget dapet sahabat. *mulai lebay* *abaikan* *lanjutkan galaunya rahyangggggg* Ada sahabat zaman kuliah sih akhirnya kita sedaerah, tapi atuhlah Sunter - Kemang lebih gelo dari Padalarang - Dago :)))

Life must go on. Show must go on. No matter how far you are (friends), Allah will beside me always. *lagian lo kemana-kemana sendiri kan, yeng?*. Sugesti aku saat ini adalah bagaimana tujuan organisasi tercapai, aku bisa terus berkarya di tempat asing ini, dan kali aja jadi semakin bermanfaat bagi banyak orang. 

----

Satu yang jadi pencapaianku kenapa bisa pindah kesini adalah aku bisa membuktikan bahwa bekerja sesuai passion (atau berkarya sesuai passion, atau apapun kamu menyebutnya) bisa membawamu kepada kebahagiaan hakiki (apalah ini, gaya kali kau rahyang). Masih banyak orang menganggap bahwa mengadu nasib ke Jakarta setelah lulus kuliah adalah satu-satunya cara supaya mapan. Aku sih melihatnya "masih banyak orang yang mindsetnya uang sebagai satu-satunya tujuan bekerja di Jakarta". Kacamataku melihat yang lain. Uang itu salah satu bentuk penghargaan sebagai kontraprestasi karya yang kita hasilkan. Penghargaan lain yang penting adalah pengakuan dan apresiasi orang terhadap karya kita. Ketika kamu berkarya sesuai passion dan menjadikannya "full time job", kamu akan merasa lebih bahagia. Sangat bahagia. Karena kamu bisa ngotak-ngatik sesuai keinginan kamu dan kamu tahu apa yang benar untuk dilakukan. No matter where your location is or what place you work, as long as you passionate with your job, you will be happy. Don't be robot. You are not robot who follow system. You create your own system, or at least you creatively develop existing system. You are what you think, not other people think about you.

This is my job... and my joy.

Will I make some creation here or other amazing thing? Stay tuned!

No comments: