People are different. Not
only they are physically different, but also the way they reach achievement.
We cannot homogenize people. Siapa
yang bisa jamin bahwa menjadi pegawai bank itu sukses dan menjadi aktivis
lingkungan itu tidak? Hanya nilai kita masing-masing yang bisa menjawabnya.
Aku cukup beruntung menjadi salah
satu dari cukup banyak pemuda di Indonesia yang bisa mengikuti true calling dari dalam diri, ketimbang
mengikuti arahan orang tua atau lingkungan sekitar tentang apa yang disebut
“sukses”. Di Indonesia, sudah menjadi stereotip bahwa bekerja sebagai pegawai
negeri sipil atau pegawai bank itu akan menuju kesuksesan. Kesuksesan financial
lebih tepatnya. Akupun sepakat dengan itu. But,
I have my own standard. It’s not
about money.
----
Passion. It’s hard to explain what passion is. But simply, passion is what you enjoy the most
(as Rene Suhardono said). Mungkin dalam Bahasa Indonesia
hal itu bisa disebut kegemaran/minat/bakat terhadap sesuatu. Aku masih belum
bisa menyebutkan apa bakatku hingga aku lulus dari perguruan tinggi di tahun
2012. Aku kuliah pertanian, tetapi aku tidak sreg untuk berprofesi sebagai
petani. Bukan karena aku memandang sebelah mata profesi petani, tetapi karena aku
sangat buruk dalam praktik pertanian. Daripada aku membunuh banyak manusia
hanya karena aku tidak becus merawat tanaman ‘kan? Hahaha. It’s just a joke. The point
is being agriculturist is not my passion. So, what is my passion? I
just realize that passion is also related to specific issue.
Sewaktu aku melakukan penelitian tentang pertumbuhan jintan hitam. Bahkan untuk skripsi saja aku gak bener ngerjainnya hahaha (Dok. Rahyang Nusantara, 2011) |
I was once wanted to be popular.
Being recognized by people. Sejak tahun kedua di perguruan tinggi, aku
aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan. Mulai dari organisasi pertanian
tingkat internasional (IAAS LC Unpad) hingga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
tingkat universitas. Hingga lulus kuliah pun, aku masih sibuk ikut organisasi
di luar kampus. Aku suka sesuatu hal yang organisatoris, terstruktur, terencana
dengan rapi, it’s all about managerial
thingy. Satu hal yang tidak pernah aku ikuti selama menjadi mahasiswa
adalah mengikuti kompetisi (kecuali berkompetisi dengan rekan sesama organisasi
untuk menjadi ketua organisasi). Aku rasa hal itu bukan satu-satunya cara untuk
menjadi dikenal orang. Toh banyak yang
ikut kompetisi ini itu tapi hanya untuk mendapatkan hadiahnya saja. Don’t get me wrong, I’m totally no offense
to anyone.
IAAS LC Unpad berusaha untuk menjadi dikenal oleh publik Unpad, salah satunya berpartisipasi dalam Student Day (Dok. Rahyang Nusantara, 2010) |
----
Anyway, aku menaruh perhatian pada isu lingkungan dan pemanasan
global sejak kuliah, mungkin secara tak disadari sudah dari sekolah menengah
juga. Organisasi yang aku ikuti pun pasti berhubungan dengan isu ini. Sebanyak
mungkin aku mencari tahu informasi tentang kerusakan di lingkungan dimanapun. Satu
acara lingkungan terbesar yang aku ikuti adalah Konferensi Tunza yang diadakan
oleh United Nations Environment Program (UNEP) yang diadakan di Bandung tahun
2011. Aku sudah cukup sering mengikuti konferensi, but believe me, I never go abroad to join international conference.
Menjadi salah satu peserta konferensi saja aku sudah seneng banget. Ada satu
hal yang menarik di sela-sela pelaksanaan acara ini, yang membuatku berpikir
untuk mencoba that competition thingy.
Menjadi salah satu peserta Konferensi Tunza, delegasi Unpad (Dok Rahyang Nusantara, 2011) |
Bersambung….
Referensi:
2 comments:
Yaaahh bersambung... I'm waiting!
Keren! Keep writing :)
Post a Comment