Pagi ini aku
dibuat kesal oleh teman yang mengirimkan pesan BBM. Kurang lebih isinya seperti
ini:
"Yeng,
ikutan HiLo Green Ambassador gak? Kan kamu inspiratif"
Aku jawab saja
tidak, karena memang tidak mendaftar dan tidak tertarik untuk ikutan. Kalimat
dia berikut ini yang membuatku kesal.
"Kalau
nanti aku ditanya, gak apa apa bilang pernah ikutan diet kantong plastik. Jadi
volunteer."
Wowowowowow....
Apa-apaan nih gerutu aku dalam hati. Langsung saja aku bilang tidak
boleh. Lagian dia gak pernah jadi relawan program itu. Aneh. Please deh…
---
Sudah lama aku
kesal dengan sikap para peserta kontes kecantikan lingkungan yang, maaf,
menurutku kadar kecintaan lingkungannya masih sangat kurang. Hal mencolok yang
aku lihat mengapa mereka mengikuti kontes seperti itu adalah, ehm, jadi batu
loncatan untuk menjadi terkenal. Tidak salah kok jadi terkenal, bagus malah.
Namun, mbok ya lihat-lihat dulu situasinya seperti apa.
Aku sempat
terpikir ikutan lagi daftar HiLo Green Ambassador hanya untuk bicara hal
dibawah ini di depan para peserta audisi. Karena aku memang tidak
memprioritaskan untuk mendaftar kontes seperti ini, akhirnya tadi pagi aku
memutuskan untuk menuliskannya melalui blog. Semoga sasaran membacanya
dan bisa merenungkannya untuk kebaikan lingkungan.
---
Dear
peserta dan penyelenggara kontes kecantikan lingkungan,
Apa kabar?
Semoga dalam keadaan baik dan tetap menjaga lingkungan. Perkenalkan namaku
Rahyang Nusantara. Bukan seseorang yang punya tubuh tegap, atletis, maupun
proporsional, apalagi wajah yang rupawan. Aku hanyalah seorang individu biasa
yang hanya bisa menjadi relawan suatu organisasi lingkungan. Ya, kita sama-sama
punya tujuan untuk melestarikan lingkungan hidup. Semoga kesamaan tujuan ini
bisa membuat kita sama-sama mewujudkan lingkungan hidup yang lestari.
Aku ingin
sedikit bercerita tentang kondisi lingkungan kita, yang mungkin terlewat untuk
disadari oleh teman-teman peserta dan penyelenggara kontes kecantikan
lingkungan.
Sadarkah kita
semua bahwa kerusakan lingkungan itu nyata berada di depan mata kita? Ruang
terbuka hijau di kota kita masing-masing semakin berkurang, pembuangan limbah
kimiawi sintetik yang meracuni sungai-sungai kita beserta ekosistem di dalamnya
dari pabrik besar merajalela, pembuangan sampah rumah tangga tidak terkendali,
pengeboran minyak bumi marak hingga menggundulnya hutan, dan masih banyak
lainnya. Apa yang bisa kita lakukan? Banyak. Banyak sekali.
Sungai Ciliwung kita yang rusak (Lokasi: Sungai Ciliwung Condet. Dokumentasi pribadi tahun 2013) |
Aku punya
banyak teman yang berkecimpung di dunia ini. Baik itu di komunitas, organisasi
sosial maupun profesional, dan juga pemerintahan. Mereka bertugas baik sekali
untuk menjaga lingkungan, meski sesekali berbuat kesalahan juga. Tapi tak apa
lah, manusia kan sumber segala macam khilaf kan? Ya, asal tidak terus-terusan
dan tidak mendengar saran dan kritik dari orang lain.
Akhir-akhir
ini isu kepemudaan lagi hits banget, bener ga sih? Pemuda diangkat harkat dan
martabatnya. Terutama bagi mereka yang aktif mengampanyekan sesuatu dan aktif
berpartisipasi di setiap seminar, konferensi, pameran, dan ajang kompetisi. Isu
lingkungan pun sudah sedari dulu seksi banget untuk dijadikan bahan kampanye.
Kalau kita jodohkan isu lingkungan dan pemuda jadi seksi juga engga? Seksi yah,
tapi harus hati-hati....
Sementara
diangkat harkat dan derajatnya, kita kita nih sebagai pemuda (ehm, aku sih udah
25 tahun, menurut PBB sudah bukan pemuda lagi, haha) harus sadar diri juga.
Sudah aku ceritakan ulang 'kan kerusakan lingkungan itu nyata depan mata kita.
Banyak sekali program kepemudaan yang mengusung isu ini. Namun, aku hanya ingin
membahas satu saja, yaitu kontes kecantikan lingkungan yang sedang kalian
lakukan dan ikuti. Kalau boleh aku sebut, ada dua ajang seperti ini yang cukup
populer, HiLo Green Ambassador dan Miss Earth Indonesia Apakah kalian salah
satu dari mereka? Adudududuh, kenyang mata deh liat kalian yang begitu indah di
luar. Da aku mah apa atuh, sukanya aja makan mie bakso dan gak suka olahraga,
bagaimana bisa jadi kayak kalian? :P
Siapa yang bisa menolak ini coba? ummm yummy! (Dokumentasi pribadi, 2014) |
Hmmmm,
hhhufthness, tapi ada yang membuat aku kecewa pada kalian. Perkenankanlah aku
untuk curhat sedikit, kalau ternyata kebanyakan curhatnya, ya dibaca lagi
kapan-kapan.
Alhamdulillah
banget buat kalian yang dianugerahi wajah rupawan dan postur tubuh yang
proporsional dan punya kesempatan untuk diangkat harkat dan derajatnya sebagai
pemuda harapan bangsa, khususnya jadi role model di isu lingkungan. Aku selalu
percaya bahwa kami butuh role model untuk menjadi panutan. Anak-anak muda pun
butuh contoh yang baik dari kalangan mereka yang sudah sukses terlebih dahulu
untuk memberdayakan mereka sendiri. Cukup disayangkan bahwa masih banyak dari
kalian yang tidak memanfaatkan ajang bergengsi ini dengan baik.
Kami di
organisasi lingkungan tidak butuh wajah rupawan untuk menyelamatkan lingkungan
dari kerusakan. Repot soalnya kalau harus mengurusi sampah yang kotor. Takut
kalian nanti gatal-gatal dan harus ke dokter untuk suntik kecantikan. Takut
kalian harus luluran seumur hidup kalau kita kampanye sambil panas-panasan.
Menurut kami, lingkungan jauh lebih indah jika kita rawat. Merawat tubuh
dan wajah perlu, aku pun seperti itu kok, tapi diiringi dengan merawat
lingkungan. Sama seriusnya dengan kita merawat tubuh dan wajah.
Kerusakan
lingkungan nyata, nyata banget L Sangat disayangkan
kalau kalian hanya bisa lip service, eh, maksudnya hanya bisa bicara di mulut
doank (sama aja ya?). Aku yakin, kalian bisa lebih dari itu. Kalian orang-orang
pintar yang terpilih. Pikiran positifku, kalian terpilih bukan karena diatur
oleh penyelenggara, tapi memang karena kalian benar-benar berkualitas. Semoga
saya tak salah :P
Untuk apa
mondar-mandir di media menyuarakan pengurangan Styrofoam, kalau ternyata saat
kontesnya berlangsung pun kalian masih menggunakan itu lalu disembunyikan jika
media massa hendak meliput. Buat apa kalian susah-susah kampanye tentang jejak
karbon, kalau ternyata sponsor kalian mengimpor bahan baku produknya. Ayo lah,
kalian lebih dari itu. Lebih dari sekadar berbicara saja. Walk the talk, and
then talk the walk. Bukan “talk” saja, tapi “walk”-nya juga donk, biar selaras,
serasi, dan seimbang.
Lebih
prihatin lagi, ternyata banyak dari kalian yang setelah masa jabatan habis
seakan lupa dengan apa yang pernah kalian kampanyekan. Lebih raheut (perih,
dalam bahasa Sunda) lagi, kalian ikut kontes lain yang isunya beda. Da apa atuh
kami mah gak punya apa-apa untuk bayar kalian demi ada juru bicara lingkungan
biar followers naik L
Apa yang
sebenarnya kalian cari, teman-temanku? Kalau ingin menjadi model, aku sarankan
masuk agensi model aja deh. Lebih fokus ajah dan tidak mengganggu kampanye
kami. Syukur-syukur kalian memang ternyata perilakunya sudah ramah lingkungan,
bisa jadi nilai tambah kalian sendiri. Daripada ikutan kontes kecantikan
lingkungan, tapi hanya untuk batu loncatan supaya bisa jadi artis. Please,
sekali lagi, kerusakan lingkungan nyata ada di depan kita. Kita gak bisa
pura-pura tidak tahu kan? Selain itu, bukan hanya kampanye saja. Dibalik itu
ada perencanaan yang rumit. Kita tetap merencanakan program, membuat dokumen
pedoman, standar operating procedure, rapat dengan berbagai pihak, advokasi
kesana kemari, memikirkan apakah bahan yang kita gunakan berpotensi merusak
lingkungan atau tidak. Kompleks sekali. Tidak semudah dibicarakan di depan
media dan masyarakat. Apa yang kita bicarakan ke luar akan lebih mudah dan
jujur jika kita memang sebelumnya melakukan aksi nyata. Buat apa gelar (title)
banyak-banyak, tapi aksinya nol?
Komunitas
lingkungan kritisnya minta ampun. Sesama kami saja mengkritisi satu sama lain,
apalagi sama pihak yang mengusung isu yang sama tapi hanya untuk kepuasan
branding semata. Bisa habis. Aku memang belum 100% ramah lingkungan. Masih saja
ada limbah domestik yang keluar. Untungnya aku bukan public figure yang bakal
dicecar kalau ketahuan posting foto ada botol atau kantong plastik.
Teman-teman,
pergunakanlah potensi kalian semua dengan baik. Banyak jalan untuk menjadi
terkenal. Lagian terkenal itu hadiah daripada apa yang kita lakukan
sungguh-sungguh kan? Bukan dibentuk secara sengaja dan instan. Toh apa yang
akan kalian sampaikan? Kosong. Orang-orang hanya akan mengagumi penampilan
fisik kalian, bukan cara pandang dan perilaku kalian terhadap lingkungan.
Jujur aku
capek sekali. Kerjaanku untuk membuat strategi dalam mengurangi kantong plastik
lebih mendesak ketimbang mengurusi kalian yang datang pergi meminta ilmu untuk
dijadikan bahan kontes dan feedback-nya kepada kami pun minim sekali. Namun,
aku pribadi tidak bisa bersikap seperti itu terus. Aku harus bisa mengajak
kalian untuk benar-benar bergerak dan beraksi untuk menyelamatkan lingkungan. Asalkan
kalian benar-benar serius, bukan kepentingan branding semata. And please,
jangan sesekali menunggangi gerakan kami. Haram hukumnya.
Semoga kalian
bisa menerima kritik dan saran dariku.
Salam,
Rahyang
Nusantara
---
Semata-mata aku
curhat seperti ini demi lingkungan hidup yang tidak dicampuri kepentingan
golongan/pribadi. Kerusakan lingkungan harus kita selesaikan sekarang juga
bersama-sama dan serius! Kami
di komunitas selalu terbuka untuk kerjasama dalam bentuk apapun, asalkan demi
lingkungan hidup yang lestari.
4 comments:
HAHAHAHAHAHAHA.. asli curhat! tapi tulisan kamu selalu menohok yah yeng. but, i lop yu lah :D
Ngomong-ngomong, harusnya aku pernah cerita sama kamu tentang diskusi aku bareng salah satu pihak penyelenggara. Aku pernah mengutarakan yang sama dan inti dari tanggapan mereka adalah mereka hanya ingin menjadikan ini sebagai sesuatu hal yang lebih luas, yang niatnya hanya pemilihan model doang, akhirnya belajar tentang lingkungan dan mereka harusnya jd punya tanggung jawab, beban morillah terhadap lingkungan. Selain itu bukan cuma kita2 doang yg bergerak, jd meringankan ceunah. Ditunjang paras yang rupawan itu dapat membantu mengajak masyarakat lebih luas lagi. Katanya sih gitu yaaaa
Hmmm, memang miris kontes-kontes semacam ini. Tapi sampai saat ini ngurusin lingkungan terdekat aja butuh perjuangan hebat, energi yang besar, niat yang kuat, usaha yang sungguh-sungguh. Apalagi menghadapi yang ujung-ujungnya urusan bisnis. HUFFTTT.
Km ngobrol sama yg mana shel? Hihi
Nyentil banget ini kang. Fani jg kmrn ikut Hilo Ambassador, tapi ga lanjut karantina nya karena lg hamil. Bener banget yg akang utarain, tapi menurut ku setiap pribadi punya alasan, misi & visi masing-masing. Aku jujur salut banget sm akang yang Total banget jd relawan di berbagai event lingkungan. Kalo buat ku sendiri, aku pengen punya ilmu tentang lingkungan supaya bisa ku realkan di dunia nyata. Nah, sulitnya jd aku adalah aku nda bisa seperti akang yg punya banyak kesempatan buat jd relawan, da masalah lokasi ku yg jauh disini, pdhl ngiler banget bisa ikut2 acara ky akang. Nah itu dia, knp aku rasa kita jg hrs punya ilmu & pengalaman,spy pas jadi manager HCV atau RSPO, ato apapun itu, kita pro lingkungan ga kepentingan perusahaan aja wehehe, curhat bgt ini, amiinn..
Post a Comment