Monday 28 April 2014

Apresiasi Karena Aksi

Saya selalu percaya apa yang saya rasakan. "If you follow your dreams, then you follow your heart, and if you follow your heart...it can't go wrong; the power is within." Quotation keren dari Celine Dion yang selalu aku "rapalkan" setiap kali aku menghadapi sesuatu, tentunya selain merapalkan dzikir. Saya selalu merasakan perasaan yang sangat kuat jika saya akan menjadi bagian dari sesuatu. Apapun. Tiga kali saya merasakan hal ini, and it really happened!

Sejak masa kuliah (sekitar 3-4 tahun yang lalu), saya selalu yakin bahwa saya akan menjadi bagian dari Museum Konperensi Asia Afrika. Bukan karena saya suka dengan lokasi dan sejarahnya, tetapi ada bagian dari dalam museum yang saya sukai. Anyway, saya merasakan hal ini juga terhadap tempat saya sekarang bekerja, Greeneration Indonesia, dan The Body Shop Indonesia. Nama yang disebutkan saya terakhir sepertinya cukup ditunda terlebih dahulu, meski saat ini saya pun bekerja sama dengan mereka untuk program yang saya kerjaan saat ini. Kembali lagi ke museum. I love this place. Pertama kali saya masuk ke tempat ini adalah saat mengikuti kegiatan dari Komunitas Aleut, Plezier Gedong Merdeka di tahun 2010. Jatuh cinta pada pandangan pertama, bisa dibilang seperti itu. Pandangan yang tak hanya melihat dari luar, tapi hingga ke dalam museum. Ruang pameran tetap dan juga aula utama Gedung Merdeka. 

Kali kedua adalah tahun 2011. Ketika saya dan teman-teman di organisasi kampus, IAAS LC Unpad, memiliki program nasional dan mengakhiri rangkaian di museum ini. Yup, saat itu saya yang merekomendasikan untuk memasukkan museum ini ke dalam rangkaian acara. Setelah kegiatan berakhir, semuanya seneng!

Perkenalan yang lebih mendalam dengan Museum Konperensi Asia Afrika dimulai di tahun 2012. Saat itu, saya dan teman-teman dari Asia Africa Youth Forum, komunitas yang baru terbentuk akhir tahun 2011, diundang untuk menghadiri rapat persiapan Hari Ulang Tahun Konperensi Asia Afrika ke-57. Saat itu saya berkenalan dengan Pak Desmond, Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika dan Pak Isman, Kepala Museum Konperensi Asia Afrika saat itu. Kayaknya sih kenalan sama yang lain juga, tapi lupa hehehe, maaf. Saat itu, kita diajak untuk bergabung di peringatan #HUT57KAA dan diminta mengajukan program. Kami cukup bingung program apa yang harus diajukan. Sampai akhirnya teman saya, Naluri, memiliki ide cemerlang (dia selalu penuh ide gila dan terkadang bukan dia yang akhirnya menjalankan itu, seperti program yang ini, hehehe), yaitu membuat program Apple Day. Nama Apple Day banyak juga digunakan di beberapa negara, it's simply giving away apple fruit, not Apple product. Hehehe. Namun, karena saya sendiri merupakan individu yang peduli lingkungan, jadi konsepnya agak dimodifikasi. Apple Day versi kita adalah menukar botol plastik yang sudah kosong dengan satu buah apel. Pesannya adalah dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menggunakan bahan-bahan organis (diwakili oleh apel), ketimbang bahan-bahan anorganis (diwakili oleh botol plastik). Seperti yang kita ketahui, bahan-bahan anorganis selain menggunakan bahan baku yang sulit diperbaharui, juga membebani bumi untuk menguraikannya kembali. Lokasi yang kita tuju adalah Car Free Day, Dago. Programnya disetujui pihak museum dan saat itu kita membagikan 500 buah apel dan mengumpulkan banyak banget botol plastik bekas yang kita salurkan kepada pemulung. Setidaknya kita membantu pemulung untuk mengumpulkan botol plastik yang akan mereka jual untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari mereka. Oia, selain Apple Day, kita membantu Senam 1000 Anak sebagai relawan.



Di tahun yang sama pun, saya mendaftar menjadi Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika dengan mengikuti klab budaya, Perancis dan Esperanto. Keren banget bisa belajar budaya dan bahasa. Namun, karena saya juga social worker yang waktu akhir pekannya digunakan untuk kampanye, saya akhirnya tidak melanjutkan klab tersebut. Sayang sih, tapi ternyata ada prioritas lain. Di tahun yang sama pun saya menyempatkan diri membantu Museum Konperensi Asia Afrika pada acara pameran Gerakan Non Blok sebagai public educator. Jadi banyak belajar dan melihat saksi bisu sejarah Gerakan Non Blok. Kapan lagi coba lihat patahan tembok berlin secara langsung?

Di tahun ini pun, saya mengajukan ide rangkaian program tahunan nasional yang diadakan Rotaract D3400 (host tahun tersebut adalah Rotaract Club Bandung Area), Rotaract District Conference, untuk diadakan penutupan rangkaian di Museum Konperensi Asia Afrika. Kitapun bersenang-senang dan menari bersama Caturpilar. "Aku cinta pada batik, aku sayang pakai batik Indonesia....!"

Di tahun berikutnya, 2013, Asia Africa Youth Forum diundang kembali untuk meramaikan perhelatan #HUT58KAA. Di tahun ini, Kepala Museum Konperensi Asia Afrika berganti menjadi Pak Thomas, karena Pak Isman ditugaskan menjadi diplomat di Houston, Boston, USA. Apple Day jadi andalan kita lagi. Ada sedikit modifikasi dari tahun sebelumnya. Selain target tahun ini adalah 1000 apel, bahan-bahan anorganis yang kita kumpulkan pun beragam. Tidak hanya botol plastik, tetapi gelas plastik, kantong plastik, botol kaca, dan kertas flyer pun kita kumpulkan. Pesan tetap sama seperti tahun sebelumnya dengan tambahan sebagai edukasi kepada publik juga bahwa sampah yang kita keluarkan harus diolah sesuai jenisnya, tidak bisa dicampur. Lokasi masih sama dengan tambahan Jalan Cikapundung Timur, tempat utama penyelenggaraan #HUT58KAA. Baik tahun pertama dan kedua ini, kita dibantu oleh relawan. Ada juga yang akhirnya cinlok (cinta lokasi) lho! Hehehe. Tambahan kegiatan yang ada di tahun ini adalah penerapan zero waste event. Kalau yang ini ide atas nama Greeneration Indonesia, tempatku bekerja. Target tahun ini adalah edukasi pemisahan sampah di sumber. Namun, masih ada saja pengunjung yang acuh. Terima kasih banget kepada relawan, Earth Hour Bandung dan mahasiswa Polban, yang sudah membantu dan pada akhirnya rela turun untuk memungut sampah :(


Cukup lama waktu berselang, di tahun 2014, saya diundang lagi untuk bergabung di #HUT59KAA. Dengan berat hati, saya mengatakan bahwa komunitas Asia Africa Youth Forum sedang dibekukan karena belum ada sumber daya manusia yang bisa mengurusi komunitas ini. Konsekuensinya Apple Day tidak ada lagi. Namun, jangan sedih! Saya mengajukan kegiatan lain yang memang sedang saya kerjakan saat ini, my main job, yaitu diet kantong plastik. Bentuk kegiatannya rampok plastik dan museum pun setuju untuk program ini, yes! Diet Kantong Plastik sendiri merupakan program yang dibentuk untuk mengajak masyarakat mulai bijak dalam menggunakan kantong plastik dan beralih menggunakan tas belanja yang bisa dipakai ulang dan ramah lingkungan. Rampok plastik sendiri program yang sebelumnya pernah dilakukan Komunitas Nol Sampah Surabaya dan The Body Shop Indonesia untuk edukasi kepada publik untuk menukarkan kantong plastik yang dibawanya dengan tas pakai ulang. Kegiatan ini berlangsung dua hari, 19-20 April di ruang-ruang publik. Taman menjadi pilihan kami (ide saya sih awalnya, hehehe), yaitu Taman Pasupati, Panatayuda, Cibeunying, Kandaga Puspa, Lansia, Fotografi, Centrum, Tegallega, dan Cikapundung Timur. Thanks pada semua relawan yang udah mondar mandir dari taman ke taman dan semangat mengedukasi :)



Oia, di sela-sela persiapan tahun ini, saya dapet SMS dari Pak Desmond yang isinya minta nama lengkap dan tempat, tanggal lahir (untungnya bukan mama minta pulsa!). Saat itu engga mengira apa-apa sih, jadi dibales aja tanpa bertanya. Eeeeeh... Sore harinya dapet SMS lanjutan kalau ternyata saya dapet penghargaan dari Menlu RI. What an honor! Aku engga tanya-tanya juga sih penghargaan untuk apa. Pertama kali tahu itu karena apa adalah saat public lecturer pembukaan #HUT59KAA tanggal 17 April kemarin. Disebutkan oleh MC bahwa penghargaan ini karena konsistensi di bidang lingkungan dalam peringatan HUT Konperensi Asia Afrika sejak tahun 2012 dari komunitas Asia Africa Youth Forum dan Greeneration (MC mengatakan bahwa saya Koordinator Komunitas Greeneration, padahal bukan, hehehehe, saya hanyalah social worker di Greeneration, hehehe). Ini adalah bentuk apresiasi dan pengakuan yang tertinggi yang pernah saya dapatkan. Saya engga pernah ikut kompetisi atau kontes untuk mendapatkan gelar tertentu. Karena saya selalu yakin bahwa saya tidak perlu gelar apapun untuk diakui sebagai seseorang yang bermanfaat. Justru, seseorang yang bermanfaat suatu saat akan diakui keberadaannya. Mengutip pernyataan dari salah seorang wanita yang menjadi inspirasi saya, "A title is nothing without action,", ungkap Nadine Zamira (CEO LeafPlus, Miss Indonesia Earth 2009, endorser Diet Kantong Plastik). Ya, saya percaya itu. Tak perlulah kita mengejar suatu gelar hanya untuk menjadi populer. Buktikan terlebih dahulu bahwa kita memang punya kontribusi nyata tanpa pamrih yang bermanfaat bagi orang banyak. Dengan sendirinya, citra kita pun terbentuk, bukan karena dibentuk dengan sengaja. 



What's next? Masih jauh jalan yang harus saya lalui untuk berbuat baik kepada banyak orang. Penghargaan ini menjadi pengingat bagi saya untuk terus berjalan tanpa henti selagi hayat masih dikandung badan untuk terus berbuat kebaikan. Meninggalkan jejak positif untuk generasi selanjutnya. Keep fighting, keep contributing, and keep campaigning! 

"It always seems impossible until its done", Nelson Mandela. 

Uhuru!

2 comments:

Titis A. P. Apdini said...

inspiring, go go Rahyang ;)

Raira Megumi said...

great achievement...you go man..keep doing on what you've done...