Thursday, 18 December 2014

Demi Uang, Agamapun "Dijual"

Semenjak tinggal di Jakarta dan senantiasa menggunakan kendaraan umum (baca: kopaja dan metromini), gue jadi lebih memperhatikan masyarakat sekitar. Namun, pengemis (juga pengamen) menyita perhatian gue. 

Entah karena terlalu kreatif atau sudah jenuh dengan cara meminta-minta seperti biasanya (duduk diam di trotoar atau ngamen), beberapa pengemis di kawasan Blok M ini punya cara sendiri yang menurut gue merasa ironis. Gimana engga ironis, mereka bahkan "menjual" perintah agama demi mendapatkan uang receh. 

Ada dua pengemis yang bikin gue agak risih dan malu karena "menjual" tadi itu. Pengemis pertama, cowok, mungkin sekitar umur 40-an. Pas masuk bis beliau udah ngomong kalau dia engga bisa nyanyi dan hanya bisa membaca ayat suci Al-Qur'an. I was like, "Buset, ayat suci dijual murah gitu. Astaghfirullah". Dan bener lah dia baca Al-Qur'an di bis, sesudahnya meminta uang ke penumpang. 

Pengemis kedua. Cewek. Mungkin umurnya 50-an akhir. Ini juga dia berdoa, mendoakan penumpang. Udah beres berdoa, dia minta uangnya ke penumpang. Again, I was like, "Oh come on, meski Ibu mungkin orang terdzhalimi karena kondisi ekonomi yang engga mumpuni, ya engga dijadikan alasan doa-doa Ibu bisa diijabah dan berharap pamrih ke penumpah karena sudah didoakan. Yang ada juga doanya lapur karena minta pamrih".

Ibu yang terlihat sedang berdoa itu yang aku maksud.
Foto diambil malam hari di Kopaja 605A dari Terminal Blok M menuju Kemang 

Gue muslim, tapi gue engga menjual iman dan agama gue untuk itu. Iman dan agama gue priceless, bukan untuk dijual murah hanya untuk uang. Sebenernya yang bertanggung jawab terhadap kaum papa seperti itu siapa yah? Gue? Kita? Pemerintah? Atau mereka sendiri?

Tambahan, ada beberapa pengemis yang cuma tepuk tangan atau menggumam engga jelas lalu mereka meminta uang ke penumpang. Lucu. 

1 comment:

Raira Megumi said...

emang ya..pengalaman ak naik kopaja di jakarta tuh pengamennya nyeremin kaya preman...minta duit nya juga maksa padahal dia cuman tepok tepok tangan aja...beda ama pengamen di bandung...biasanya pengamen di bis damri bandung tuh pada kreatif, bawa alat musik lengkap sampe ada yang bawa biola atau drum...suaranya juga enak-enak kadang ada juga pengamen yg ganteng...nah klo kitanya terhibur kan ngasih juga ikhlas...